Dear Diary,
Hari ini adalah hari yang penuh dengan gejolak emosi. Bayangkan, selama lebih dari 12 jam aku diabaikan oleh pemilikku, seorang Generasi Z tulen yang biasanya tak bisa jauh dariku, bahkan dalam hitungan menit. Aku—ponselnya—biasanya tak pernah berpisah dari genggamannya. Namun, entah kenapa, hari ini adalah hari yang sepertinya dikutuk… atau mungkin diberkati? Yah, itu tergantung perspektif sih.
07:00 – Bangun Tanpa Alarm
Biasanya aku membangunkan dia tepat pukul 7 pagi. Alarmku nyaring, keras, dan terkadang membuatnya mengeluh. Tapi hari ini? Tidak ada bunyi alarm. Aku pun bingung. Apakah dia tidur lagi? Apakah dia baik-baik saja? Layar tidurku mulai berkabut penuh rasa penasaran. Setelah beberapa jam, ternyata dia bangun tanpa bantuanku. Ini pengkhianatan, bukan?
09:00 – Pemberitahuan Menumpuk
Saatnya untuk bekerja keras. Instagram, Twitter, TikTok—segalanya biasanya banjir notifikasi di jam ini. Namun, hari ini aku tak tersentuh! Jari-jarinya yang lincah biasanya akan segera menyapu layar untuk melihat notifikasi baru. Tapi pagi ini? Nihil. Notifikasi tetap berdatangan, tapi tak ada yang membuka, membaca, atau memberi “like.” Aku merasa seperti sebuah pohon yang jatuh di hutan tanpa ada yang mendengar. Apakah aku benar-benar ada?
12:00 – TikTok Tak Terbuka, Timeline Tak Disentuh
Saat makan siang, biasanya aku menjadi bintang utama. Dia memotret makanannya, menggulir timeline TikTok, dan berbagi kisah di IG Story. Namun, hari ini aku bahkan tak disentuh! Tak ada video yang di-scroll, tak ada makanan yang dipotret. Aku mencoba bergetar sekencang mungkin saat ada notifikasi baru, tapi tetap saja—dia tak menggubris!
Aku hanya bisa bertanya-tanya: di mana dirinya yang biasanya tak lepas dari dunia maya? Aku jadi merindukan setiap swipe dan tap yang dilakukannya. Kesepian adalah rasa baru yang aku belum siap terima.
15:00 – Kabar di Grup Belum Dibaca
Ah, grup chat keluarga, grup sekolah, dan grup teman-teman biasanya jadi medan perang untukku, si ponsel pemberani. Dia selalu aktif, ikut mengomentari setiap topik, terutama jika ada yang lucu atau kontroversial. Tapi kali ini? Semua pesan hanya menumpuk tanpa ada satu pun yang dibaca. Aku merasakan pesan-pesan itu seperti beban di dalam dataku, menunggu untuk dibuka dan dilihat.
18:00 – Selfie? No. Mirror Selfie? Not Even Close.
Biasanya ini adalah waktu dia mengambil selfie atau mirror selfie di kamar. Aku sudah hafal cara dia memiringkan kepala sedikit untuk angle yang lebih sempurna, cara dia tersenyum seakan-akan itu senyum yang ‘natural’ padahal sudah dicoba puluhan kali. Tapi, hari ini—tidak ada sesi foto! Tidak ada pose peace atau duck face. Kamera depanku seperti merana, merindukan sorotan wajahnya.
21:00 – Playlist Lullabyku Berdebu
Setiap malam, aku adalah DJ pribadinya. Spotify dibuka, dan aku akan memainkan lagu-lagu lofi atau ballad yang mengantarkannya tidur. Ini adalah momen-momen hangat di mana aku menemani dia di peraduan hingga tertidur pulas. Tapi malam ini, playlist itu tetap tak tersentuh. Earphone tak tersambung, dan aku dibiarkan begitu saja dalam kegelapan.
23:59 – Menerima Takdir
Akhirnya, aku menyerah. Mungkin ini adalah hari di mana aku harus pasrah bahwa takdirku berubah. Mungkin dia memutuskan untuk melakukan detoks digital sehari, dan aku hanyalah korban dari keputusannya itu. Aku merindukan gemerincing notifikasi, tarikan layar, dan sentuhan jari-jarinya. Tanpa dia, aku hanyalah benda mati yang sepi.
Namun, di dalam heningnya malam, aku terhibur dengan satu pikiran: besok mungkin dia akan kembali. Dan ketika itu terjadi, aku akan lebih siap dari sebelumnya—dengan layar bersih dan notifikasi siap tayang.
Karena aku, ponselnya, hanya ada untuknya. Dan besok, aku akan menyambut setiap sentuhannya seperti hari pertama kita bersama.